Suara motor Ninja nyaring terdengar didepan rumah Mikey ternyata itu adalah Baji dan Draken, mereka sudah janji berangkat bersama kesana tadi. “KELA SEBENTAR.” Kata Mikey, “Lila sia, ku aing tinggal yeuh, udah gasobri ni aing mau gerung gerung di Pasopati.” Kata baji, “si anying mane gelo Ji, beneran mau gerung gerung teh?” ujar Draken, “nya heeh masa boong geloo.” Balas si jamet Baji.

Tak lama Mikey pun mengeluarkan CB legendanya, “jiakh elahhh cb limited edition ni.” Ujar Baji, “apesi maneh iri ya? Motor treng teng teng teng lu uda aki aki?” lontar Mikey, “WEIS OMONGAN JAGA BOSS, aki-aki gini masi sanggup bawa sunmori Lembang Bekasi.” Ujar Baji, “Ah naon, bawa ke sekolah ge kemaren mogok ndet ndet tengah jalan, bari nelpon Ken tolong aing, motor aing mogok anying.” Ujar Draken, “GEUS GEUS HAYU BERANGKAT, AING DI BULLY MULU ANYING SEDIH.” Ujar Baji.

Mereka bertiga pun berangkat menuju tempat tujuan di daerah Dago atas, sebuah warung kopi kecil namun viewnya bukan main, benar saja di jembatan pasopati si jamet Baji menggerung gerungkan motornya, namun tiba tiba rantai motornya copot di tengah jembatan. “BANYAK GAYA SI MANEH JAMET.” Ujar Mikey, “HEEH ANYING, BUKANNYA KALEM AE UDA TAU MOTOR KEK AKI AKI.” Tambah Draken, “HEHE, HAMPURANYA.” Ujar baji. Akhirnya Mikey dan Draken mendorong motor Baji sampai di tempat tujuan, ya mau gamau, untung saja mereka berangkat pukul 5 sore tadi jadi jalanan tidak terlalu gelap dan Draken juga membawa alat untuk membetulkan motor Baji disana. Sesampainya disana terlihat wajah Maicih dan Mitsuya sudah menunggu mereka disana, Mitsuya pun bertanya “naha lama amat anjir?” ujarnya, Mikey pun membalas “Noh si jamet sosoan gegerungan di Pasopati rantai motorna copot.”, Mitsuya dan Maicih pun tertawa terbahak-bahak mendengar hal itu, “LOBA GAYA SIA JAMET.” Ujar mereka dengan kompak. “ANYING GEUS HAYU NGOPI WEH LAH.” Ajak Baji. Mereka pun memesan sebuah saung yang memiliki view kota bandung di malam hari.

“Apik ya.” Ujar Mikey, “Aing gede disini, maraneh juga, pernah mikir ga si kita semua bakal berpisah? Bukan karena kita benci satu sama lain, tapi emang gara gara keadaan.” Tambahnya. “Hahaha heeh nya, Mitsuya maneh bakal ambil beasiswa, Maicih mane bakal keluar daerah, Draken bakal ke Jakarta, aing aja yang disini kayanya sendiri.” Ujar Baji. ”lah emang maneh mau kemana Sutisna?” Tanya Draken. “Aing? Ke hatimu.” Ujar mikey. “IH ANYING HOMO.” Timbal Draken. “Kaga elah aing dek kuliah ka Jepang keknya.” Ujar Mikey. Suasana pun terasa berbeda, yang awalnya bahagia, menjadi sedikit suram.

“AH ENGGEUS LUPAIN DULU PERIPASAHAN.” Ujar Maicih memecahkan suasana, “mending ngobrolin soal band aja.”, “Oh iyaa sampe lupa aing.” Ujar Mikey, “sok saha nu punya bakat ngedrum.” Ujar Mikey. “Aing Mike.” Ujar Baji. “aeh heehnya mane mah gausa ditanya jamet ma bisa segalanya, Jangan jangan maneh bisa bangun rumah buat urang.” Ujar Mikey, “NYING NAON MAKSUD?” Ujar Baji. “Lanjut siape yang bisa Gitaran” ujar Mikey, “Aing aja Mike, aing kan yang punya gitar.” Ujar Mitsuya, “Oke ken Mane Basistnya.” Ujar Mikey, “Basist teh yang buat kopi?” Tanya Draken. “GELO eta mah Barista anying beda cerita.” Ujar Mikey lagi, “Heeh heeh okee aing basist.” Ujar Draken. “sip aing berarti vokalis, like the lights out babyyy.” Mikey berteriak, teriakannya itu membuat satu kafe melihat ke arahnya. “Bukan temen aing.” Ujar Baji.

Mikey pun kembali duduk dan meminta Mitsuya mengeluarkan gitarnya. “Mainin chord Dan bandung Suy.” Ujar Mikey. Ia pun mulai bernyanyi suasana kafe tampak tenang ketika ia bernyanyi, para pengunjung pun bertepuk tangan ketika Mikey selesai menyanyikan lagunya itu. “hayu balik, tar sisanya diomongin di grup.” Ajak Mikey. Mereka pun kembali bersama menyusuri jalanan kota Bandung dan menuju kerumah masing-masing.